Kala itu Menbudpar yang masih dijabat oleh Jero Wacik menyatakan keberadaan Pulau Komodo diancam dieliminasi dari finalis 7 Kejaiban Dunia oleh New7wonders, karena pihak pemerintah Indonesia menolak menjadi tuan rumah pengumuman 7 tempat Keajaiban Dunia baru yang sedianya akan dilaksanakan pada 11 November 2011.
Adapun alasan pemerintah waktu itu untuk menolak tawaran pihak New7wonders karena biaya yang dikeluarkan diminta terlalu mahal, yaitu kalau ditotal berjumlah US$ 45 juta atau sekitar Rp 400 miliar.
Meski sempat mengancam akan mengeliminasi Pulau Komodo sebagai finalis New7wonders. Namun ancaman tersebut tidak dilakukan dan terbukti Pulau Komodo hingga kini masih menjadi salah satu wakil Indonesia dalam ajang pemilihan 7 tempat Keajaiban Dunia baru ini.
Keberadaan Pulau Komodo yang menjadi finalis New7wonders kembali mengemuka, ketika pada awal bulan Oktober 2011 yang lalu, mantan Wakil Presiden, Jusuf Kalla yang juga menjabat sebagai Ketua Palang Merah Indonesia (PMI) saat ini, dipilih oleh Pendukung Pemenangan (P2) Komodo menjadi duta Komodo untuk mempromosikan agar warga memberi vote terhadap pulau komodo di event New 7 Wonders.
Setelah terpilih menjadi Duta Komodo, Jusuf Kalla langsung memberi pernyataan kepada media massa agar Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) juga ikut mempromosikan Pulau Komodo agar terpilih menjadi New 7 Wonders. Sebab, di negara lain, seperti Afsel dan Korsel yang juga ikut event ini, presidennya turut mempromosikan agar warga mendukung dan memilih daerahnya.
Setelah pernyataan tersebut berbondong-bondonglah masyarakat yang ingin turut serta mendukung pulau Komodo melalui layanan SMS premium yang pada saat itu biayanya Rp1000 setiap SMS yang dikirimkan.
Menurut Pakar telematika dari UIN Abimanyu 'Abah' Wachjoewidajat seperti yang dikutip blog Karo Cyber dari situs Detiknews.com, bahwa tidak kurang sekitar sejutaan orang yang mengirim SMS Komodo saat tarifnya masih Rp1000.
Setelah isu SMS penyedotan pulsa menjadi marak diberitakan di media massa Indonesia, Jusuf Kalla (JK) akhirnya menyatakan bahwa SMS Komodo diturunkan tarifnya menjadi Rp 1.
Kontroversi New7wonders
Pada bulan Februari 2011 yang lalu, seorang blogger berpengaruh di Indonesia, Priyadi Iman Nurcahyo melalui blognya yang beralamat di priyadi.net sudah menulis tentang fakta Tentang New7Wonders yang masih perlu dipertanyakan.
Poin penting yang menjadi bahan pertimbahan akan kredibilitas New7Wonders menjadi penyelenggara ditulis Priyadi dalam blognya yang terdiri dari 3 bagian penting, yaitu:
- New7Wonders adalah sebuah perusahaan privat asal Swiss. New7Wonders bukanlah yayasan atau organisasi Internasional yang beranggotakan negara-negara di dunia.
- Tidak ada lembaga dunia yang memberi mandat kepada New7Wonders untuk dapat menetapkan tujuh keajaiban dunia. Jika New7Wonders menetapkan ’7 keajaiban alam dunia’, maka ketetapan tersebut sebenarnya tidak lebih kuat daripada daftar 7 keajaiban dunia versi pribadi saya.
- Mengapa hanya tujuh? Angka tujuh hanyalah angka yang dipilih secara arbitrary. Lembaga yang jauh lebih serius seperti UNESCO menetapkan tak kurang dari 900 lokasi di dunia sebagai World Heritage Site, yaitu tempat-tempat yang perlu dijaga kelestariannya.
"Kita setuju mempromosikan komodo, tapi jangan tertipu oleh New7Wonders. KBRI di Swiss siap mempromosikan dengan sekuat tenaga untuk negara-negara di Eropa," demikian kutipan pernyataan Djoko Susilo yang dikutip blog Karo Cyber dari Detiknews.com
Ada beberapa hal yang menjadi alasan Djoko meragukan kredibilitas New7Wonders. Mulai dari kondisi kantor yang tak layak sebagai organisasi kelas dunia, hingga ketidaktahuan publik Swiss terkait pemilik situs New7Wonders itu.
Djoko Susilo juga mempertanyakan kebijakan panitia pendukung Pulau Komodo sebagai New7Wonders di Indonesia. Dukungan yang sebelumnya hanya bisa disampaikan lewat situs internet dengan sistem one man one vote, kini berubah jadi via SMS dengan sistem pengiriman berulang-ulang oleh orang yang sama.
"Kok tiba bisa jadi SMS gimana itu? Sebelumnya biayanya Rp 1.000, terus sekarang jadi Rp 1, berapa pun itu ada dana masyarakat yang diserap. Siapa yang bikin ketentuan? Lalu yang memberi otorisasi siapa?" tanyanya.
Atas pernyataan Djoko Susilo, Jusuf Kalla sebagai Duta Komodo menjawab tudingan miring atas keberadaan New7Wonders.
"Swiss itu kan tidak seperti di kampung, bahwa kalau cari alamat harus ke RT RW, sekarang sudah digital, kita kan cukup buka website, itu kan sudah jelas. Masalah kantor tidak perlu lagi besar-besar amat, hanya kita di Indonesia yang masih suka sama kantor besar" ujar Jusuf Kalla seperti yang dikutip dari Detiknews.com
"Kedua, mereka itu kan mengurus masalah dunia, jadi mereka itu akan selalu keliling dunia, maka dari itu kantornya tidak besar. Karena itu tadi, sekarang dunia sudah berubah, sudah masuk dunia digital, sementara Pak Dubes mengecek kantor New7wonders seperti cari RT/RW. Dia kan tidak pernah telepon, SMS, email, faks untuk ajak ketemu pasti akan bisa itu, bukan seperti mencari alamat di RT/RW" Ujarnya menambahkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar