Kaskus
adalah situs forum komunitas yang terbesar di Indonesia hingga saat
ini. Yang paling patut dibanggakan, forum ini adalah murni karya anak
bangsa. Bahkan kesuksesan dari Kaskus ini sempat membuat Google ingin
membelinya seharga USD 50 juta atau setara dengan 475 miliar rupiah.
Sejarah berdirinya Kaskus
Awalnya
situs ini dibuat oleh Andrew Darwis untuk tugas kuliahnya pada 6
November 1999, dimana saat itu ia mengambil jurusan Multimedia & Web
Design, Art Institute of Seattle, Amerika Serikat. Saat itu,
teman-teman sekelasnya umumnya membuat situs pribadi untuk memamerkan
kegiatan outdoor atau hobi mereka masing-masing.
Andrew mengaku
tidak bisa membuat situs serupa dikarenakan mengaku tidak piawai di
lapangan olahraga atau memiliki hobi outing. Karena menyadari
keterbatasannya itulah ia akhirnya memutuskan untuk membuat portal
berita yang dilengkapi dengan forum komunikasi.
Pria yang sekarang
akrab dipanggil Mimin oleh anggota Kaskus ini lantas memutuskan untuk
membesarkan forum ciptaannya menjadi portal berita dan forum komunitas
mahasiswa Indonesia di Amerika Serikat, khususnya di Seattle. Namun ia
merasa kesulitan mencari berita dari Indonesia.
Namun sekali lagi,
keterbatasan yang menimpa Andrew membuatnya mengambil keputusan yang
benar, yakni keputusan untuk fokus ke forum komunitas. “Cocok dengan
nama Kaskus yang berarti kasak-kusuk atau ngegosip. Lumayan, member
awalnya hanya 10 orang teman sendiri,” kata Andrew Darwis.
Dikenal sebagai situs porno
Dalam
waktu singkat, Kaskus pun berkembang menjadi forum yang memiliki banyak
member. Tidak heran karena member yang mendaftar saat itu menganggap
Kaskus sebagai situs porno. Ketika itu, forum BB17 (buka-bukaan 17) yang
mempertukarkan gambar-gambar panas dan cerita dewasa memang menjadi
salah satu daya tarik utama untuk mengunjungi dan menjadi member Kaskus.
Forum
kontroversi ini akhirnya ditutup pada 2008 ketika diberlakukan UU
Informasi dan Transaksi Elektronika. “Padahal BB17 itu hanya sebagian
kecil dari Kaskus. Daripada nila setitik rusak susu sebelanga, ya sudah,
kita tutup saja forum tersebut,” tambah pria yang minus 1,5 ini.
Fight Club, ajang komunikasi berbau SARA
Selain
BB17, forum Fight Club pun termasuk forum kontroversial. Alasannya
karena forum yang didirikan khusus untuk berdebat tanpa kontrol
seringkali menyangkut SARA.
Fight Club lalu diubah namanya menjadi
Debate Club sejak UU ITE diberlakukan. Meski memiliki fungsi yang sama
sebagai tempat untuk berdebat, Debate Club lebih memperketat kontrol
komunikasi. Setiap thread baru yang dibuat user terlebih dahulu disensor
oleh moderator. Bila dianggap tidak layak dan membahas SARA, maka
thread itu akan dihapus.
Ubah tampilan, konflik internal
Untuk
menghapus citra negatif Kaskus sebagai media underground dan situs
porno, Kaskus mengubah tampilannya pada tanggal 17 Agustus 2008.
Tampilan baru Kaskus dibuat penuh warna. Selain itu, Kaskus juga
menambahkan fitur-fitur baru seperti blog dan Kaskus WAP.
Pada
tahap ini, banyak member Kaskus yang mengeluhkan tampilan baru yang
dinilai kurang nyaman, meski sekarang sudah tidak pernah terdengar lagi.
Menurut admin saat itu, tampilan hanyalah soal kebiasaan.
Forum Jual Beli jadi unggulan
Meski
awalnya Andrew sempat khawatir penutupan program BB17 akan mengurangi
jumlah anggotanya yang ketika itu sudah mencapai lebih dari 300 ribu
orang, namun ternyata kekhawatirannya itu tidaklah terbukti. Member
malah naik 300 persen karena setelah tidak ada BB17, perempuan bersedia
jadi member Kaskus.
“Dulu waktu masih ada forum BB17, member
perempuan sedikit sekali,” tutur Master of Computer Science di Seattle
University ini. Hingga kini, forum jual beli menjadi forum favorit di
Kaskus. Dalam forum jual beli (FJB) ini, member dapat menjual dan
membeli barang tanpa batas, termasuk jual beli organ tubuh seperti
ginjal.
Rata-rata seribu transaksi setiap hari. “Saya sendiri
pernah pesan ikan asin dari member di Kalimantan seharga Rp 30 ribu,”
ungkap Andrew Kaskus.
Merekrut saudara sendiri
Untuk
menambah member di Indonesia, Andrew lalu merekrut sepupunya, Ken Dean
Lawadinata dan sahabatnya, Danny, untuk menjadi moderator forum di
Indonesia. Ken kini menjadi chief excecutive officer (CEO) Kaskus,
sedangkan Danny menjadi chief marketing officer (CMO) Kaskus.
Bongkar tabungan untuk modal Kaskus
Modal
awal Kaskus ketika didirikan hanyalh biasa sewa server sebesar USD 7
per bulannya. Andrew dan sejumlah temannya pun akhirnya patungan
menyuntikkan modal sebesar Rp 800 juta untuk kebutuhan server dan
operasional yang semakin membesar. Bahkan ia pun sempat patungan lagi
biaya launching besar-besaran yang menghabiskan Rp 300 juta.
Andrew
bahkan membongkar tabungannya yang didapat ketika bekerja sebagai
karyawan di perpustakaan dan di sebuah laboratorium komputer di Amerika.
“Kerjanya nggak teknis komputer. Malah lebih ke beres-beres komputer,
isi tinta, kertas printer. Ya, begitu-begitu saja,” tutur Mimin.
Susah dapat kerja
Andrew
lalu mendapat pekerjaan di kota yang sama di perusahaan web design Thor
Loki selama tiga tahun dengan gaji hanya sebesar USD 1.500 per bulan
begitu kuliahnya selesai. Standar gaji web design kala itu minim USD
3.000, namun berhubung Andrew susah mendapatkan pekerjaan, akhirnya ia
mengambil pekerjaan itu.
Sambil bekerja, Andrew pun melanjutkan
kuliah S-2 di Seattle University untuk jurusan Computer Science. Setelah
lulus, Andrew pun pindah kerja dengan membangun portal musik,
lyrics.com.
Pulang ke Indonesia, tidak digaji setahun
Pria
kelahiran 1979 itu akhirnya memutuskan untuk pulang ke Indonesia pada
2008 untuk membesarkan Kaskus. Padahal saat itu ia sudah mempunyai
pekerjaan yang lumayan, bahkan gajinya cukup untuk kredit rumah dan
mobil.
Setahun pertama setelah berada di Indonesia, Andrew menelan
pil pahit dengan tidak menerima gaji selama setahun. Ini disebabkan
Kaskus baru bisa mendapat pemasukan dari iklan pada awal 2009 atau
setahun setelah resmi di-launching.
“Dulu sulit sekali mengajak
klien beriklan di internet. Saya sampai selalu ikut orang marketing ke
setiap klien yang kita temui,” katanya.
2008 berpendapatan Rp 2 -3 miliar per bulan
Kini
Kaskus pun memiliki 35 karyawan. Meski Andrew enggan membuka rahasia
penghasilan iklan dari Kaskus, namun pada akhir 2008, rata-rata
pendapatan iklan Kaskus mencapai Rp 2 – 3 miliar per bulan. “Dulu
kendaraan operasional perusahaan itu angkutan umum. Sekarang sudah punya
satu mobil meski kantornya masih sewa,” tutur Andrew lantas tertawa
lagi.
Kaskus Lumpuh diserang DDos
Kaskus diserang
menggunakan teknik DDoS (Distributed Denial of Service) oleh oknum yang
diduga berasal dari komunitas YogyaFree pada tanggal 16—17 Mei 2008.
Serangan ini tak pelak menyebabkan database Kaskus corrupt sehingga
pihak pengelola Kaskus terpaksa mengunci thread-thread yang sudah ada.
Penyerangan
tersebut diduga terkait dengan peristiwa perusakan (deface) situs
YogyaFree beberapa hari sebelumnya. Penyerang yang mengklaim dirinya
sebagai salah satu anggota Kaskus juga melontarkan celaan yang bernada
mengejek di salah satu bagian forum YogyaFree. Hal tersebut membuat
beberapa anggota YogyaFree berang, dan kemudian balik menyerang Kaskus
dengan DDoS. Akibatnya, administrator Kaskus terpaksa mematikan server
Kaskus.
Perang cyber antara kedua komunitas ini akhirnya selesai
ketika kedua pengelola situs menandatangani memorandum online untuk
menyudahkan pertikaian di antara keduanya. Pesan tersebut dipampang
selama beberapa minggu di halaman situs masing-masing.
Meskipun
kerusakan yang ditimbulkan oleh serangan ini cukup berat,administrator
Kaskus menjanjikan bahwa Kaskus akan kembali normal pada bulan Juli
2008, seiring dengan diluncurkannya server baru Kaskus di gedung Cyber,
Jakarta. Namun, ia juga mengatakan bahwa data-data yang akan dimunculkan
kembali adalah data yang dimuat sebelum tahun 2008, sementara data yang
dibuat selama tahun 2008 tidak dapat dimunculkan kembali.
Pada
saat serangan DDoS ini, Kaskus bisa dikatakan mati total. Banyak thread
yang hilang dan Kaskus menjadi tidak bisa diakses selama beberapa
minggu.
Dilirik Google dan Yahoo!
Dengan
trafik dan pageviews yang tinggi, forum yang kini memiliki member lebih
dari 1,82 juta orang dengan total post lebih dari 188 juta ini pun telah
lama menjadi incaran Google dan Yahoo! yang dikabarkan telah menawar
Kaskus sebesar USD 50 juta atau sekitar Rp 475 miliar.
Tawaran itu
ditampik mentah-mentah oleh Andrew. Mengapa ia menolaknya? Pria
kelahiran 20 Juli 1979 ini mengatakan meski nilai tawaran yang datang
kepadanya sangat besar, namun ia harus melihat visi dan misi perusahaan
yang membelinya. “Kalau ternyata visi misinya beda, lebih baik tidak
dijual,” ungkapnya.
Menjadi situs nomor satu di Indonesia karena loyalitas penggunanya
Kaskus
kini tercatat sebagai situs nomor satu di Indonesia. Bukan hanya
sebagai forum jual beli dan forum komunitas biasa, namun Kaskus sudah
menjadi portal berita yang ter-update. Berita yang baru saja tersiar di
televisi, bisa jadi sudah ada di Kaskus saat itu juga, bahkan mungkin
lebih cepat.
Tidak heran jika Kaskus bukan hanya menjadi rujukan
bagi penggemar berita, karena kategori yang disediakan sangatlah banyak.
Dari penggemar anime, game, fotografi hingga sekadar obrolan ringan
(the Lounge) pun tersedia. Besarnya Kaskus pun tidak luput dari
loyalitas member yang bersedia berbagi meski tidak mendapat bayaran
sepeser pun.
Member yang merasa mendapatkan manfaat dari member
loyal, akhirnya berbalik menjadi member loyal yang berusaha memberikan
kontribusi ke Kaskus yang akhirnya merekrut member baru yang berpotensi
menjadi member loyal yang baru, siklus dari mulut ke mulut yang membuat
Kaskus semakin besar saja.
Sudahkah Anda bergabung di Kaskus? Be Pertamax gan!